Carri Info Penting

Google
 

Sunday, July 15, 2007

Cinta, Pilihan Dan Kesempatan

Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat, itulah kesempatan. Ketika Anda bertemu dengan seseorang yang membuat diri anda tertarik kepadanya, itu bukan pilihan, itu kesempatan. Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan, Itupun adalah kesempatan.


Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan. Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi, Itu adalah pilihan. Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasangan kita Dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan. Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi cinta sejati terlahir dari pilihan. Pilihan adalah keputusan. Keputusan merupakan langkah berani menanggung resiko dan tanggung jawab.
Sedangkan kesempatan terkadang hanya lewat kepada kita tanpa ada rasa tanggung jawab.
Kesempatan bukan sekali, ia akan datang berkali-kali dalam bentuk dan variasi yang berbeda.
Kecerdasan kita adalah ketika mampu mengambil sikap yang tepat, dari kesempatan menjadi pilihan. Termasuk dalam masalah cinta dalam berumah tangga.

Islamabad, 14 Juli 2007.
(Pesan dikirim oleh dari: bujanganl.yahoo.com (10/03/28 04:19:18 ã) dan disunting oleh Masturi Istamar Suhadi Usman).
http://damaimu.blogspot.com
htttp://seruankita.blogspot.com
http://refleksie.blogspot.com
http://sejatine.blogspot.com
http://nature-culture.blogspot.com

Read More...

Kenapa wanita mesti berpendidikan tinggi??????

Pertanyaan yang sering terucap dari sebagian orang tua ketika anak gadisnya minta izin untuk melanjutkan pendidikannya pasca SLTA. Atau dari sebagian masyarakat yang melihat gadis yang demikian ada dilingkungannya.
Kalau ada yang melarang tanpa bertanya, maka akan keluar ungkapan-ungkapan:


- Tidak usahlah perempuan sekolah tinggi-tinggi, toh nanti akan balik ke dapur memegang ulekan.
- Ibumu hanya tamat SD, tapi toh sudah bisa melayani Bapak dengan baik, dan bisa mendidik kamu dan saudara-saudaramu.
- Ah……………. pendidikan tinggi-tinggi,kalau nanti ternyata setelah menikah suaminya tidak mengizinkan kerja, khan sia-sia saja.
Dan berbagai sikap negative lainnya.
Yang dimaksud dengan pendidikan tinggi tidak mesti identik dengan universitas, akan tetapi semua pendidikan pasca SLTA. Walaupun Universitas akan lebih menegaskan arti pendidikan tinggi.
Ada beberapa target yang bisa dijadikan bahan renungan berhubungan dengan wanita berpendidikan tinggi.
1.Masadepan: Seorang wanita bila tidak memiliki bekal lebih dalam bidang pendidikan –khususnya di zaman ini- , akan menghadapi kondisi lebih sulit . Apalagi saat seorang wanita ditinggal mati suaminya dan harus meneruskan mendidik dan membesarkan anak-anaknya.
Anda bisa bayangkan seorang wanita tanpa suami atau orang tua atau saudara, dalam kondisi pendidikan rendah tanpa pengalaman dan ketrampilan yang cukup. Alangkah berat penderitaan yang harus di hadapi seperti keselamatan jiwanya, fitnah dari lingkungan dan lain sebagainya.
Dengan pendidikan tinggi, seorang wanita akan lebih mandiri,lebih optimis, lebih berpengalaman, lebih matang, lebih dewasa, lebih kreatif dan inovatif bila suatu saat ia harus ditinggal suami dan ada anak-anak yang harus ia didik dan besarkan.
2. Bila ia bekerja, pendidikan tinggi akan lebih menjadikan seorang wanita mendapatkan kerja yang bermartabat dan bukan menjadi pekerja kasar yang sering mendapatkan pelecehan, dan penurunan martabat kemanusiaan . Sebagai contoh, Tenaga Kerja Wanita Indonesia, yang diekspor ke luar negeri, dengan pendidikan rendah yang mereka miliki hanya mendapatkan posisi kerja yang kesulitan dan penderitaannya kita bisa saksikan dan dengarkan lewat media masa setiap saat. Berbeda dengan tenaga kerja wanita dari Negara-negara lain seperti Philipina, Negara-negara Arab, China dan lain sebagainya. Posisi mereka jauh lebih baik dan bermartabat, karena pendidikan mereka. Padahal mereka sama-sama wanita.
3.Bila ia menjadi seorang ibu rumah tangga atau istri, bekal pendidikan tinggi akan menjadikannya sebagai seorang ibu dan seorang istri yang lebih berkwalitas. Karena lebih luas wawasannya, lebih banyak pengalamannya, lebih dewasa cara perpikirnya.
Suasana pendidikan tinggi akan menjadikannya mampu berpikir logis, berdialog dan komunikasi, lebih tahu tentang kewajiban yang harus dilaksanakan, hak yang harus dituntut dan dapatkan. Lebih dari itu, tahu bagaimana cara menuntut hak dengan cara yang baik dan logis.
Dengan bekal pendidikan yang cukup akan berakibat positif untuk kebaikan keluarganya, menjadikan wanita lebih tahu bagaimana meningkatkan kwalitas pendidikan anak-anaknya, dan pelayanan terhadap suaminya. Tahu bagaimana berkomunikasi dalam rumah tangga. Sehingga akan menjadikan suasana rumah tangga harmonis. Tidak kalah pentingnya, akan menjadikan dirinya lebih dihargai oleh pasangan hidupnya. Apalagi bila ia ternyata mendapatkan suami tipe laki-laki yang suka merendahkan istrinya.
4. Sebagai tambahan, di zaman sekarang ini, kehidupan yang global, serba cepat dan instans, menuntut siapa saja untuk mampu mengejar zaman. Barangsiapa yang tidak mampu mengejarnya pasti akan tertinggal dan terlindas. Dengan pendidikan tinggi diharapkan seorang wanita akan bisa mengejar segala kekurangannya.
Apabila ada wanita yang berpendidikan tinggi ternyata tidak seperti yang penulis harapkan di atas, maka jangan salahkan bunda mengandung.
Sebagai penutup, apabila ada orang yang bertanya saat ini,” Kenapa wanita mesti berpendidikan tinggi???” Agar anda tidak sibuk membuat berbagai jawaban, maka jawablah dengan pertanyaan,” Kenapa wanita mesti berpendidikan rendah???? Kalau masih ada yang tidak malu memberikan jawaban, semoga jawabanya tidak, “ Agar mudah diexploitasi.”

Islamabad. 24 Januari 2007.
Oleh : Masturi Istamar Suhadi Usman

Read More...

Thursday, July 12, 2007

Mengenal Calon Istri

Banyak para bujang yang bertanya-tanya. Di zaman seperti ini, sulit rasanya mencari wanita sholihah. Begitu juga banyak gadis-gadis yang menyangsikan adanya laki-laki sholeh yang bisa di jadikan sandaran hati.

Sebenarnya tidaklah sulit mencari pasangan yang sesuai dengan kritria sholeh dan sholihah. Yang penting kita tahu di mana habitat yang kita inginkan itu.
Analoginya, anda akan kesulitan mencari ayam di pasar kambing dan anda tidak akan mendapatkan kambing di pasar ayam, kecuali kambing yang nyasar.
Kalau anda mencari ayam, pergilah ke pasar ayam, dan kalau anda ingin mencari kambing pergilah ke pasar kambing.


Bila anda ingin mencari wanita sholihah, carilah ia di habitatnya, dan bila ingin mendapatkan suami yang sholeh, cari pula di lingkungannya. Insya Allah anda akan mendapatkannya.
Mudahkan melogikannya ???

Bila anda bujang dan ingin mencari gadis untuk mencari kedamaian darinya dalam bingkai rumah tangga ; kriterianya antara lain :
1. Wanita yang taat kepada Allah, menjadikan aturan Allah sebagai aturan hidupnya. ”.(QS.An Nisa:34)
2. Wanita yang berakhlak dan punya malu, karena malu adalah pakaian bagi wanita. Laki-laki dan perempuan yang tidak punya malu akan berbuat apa saja. Sebagaimana disindir oleh Rasulullah saw. « Bila kamu tidak malu, terserah kamu akan berbuat apa saja. » „Akhlaq Islam adalah malu“, „ Malu adalah sebagian daripada Iman.“
3. Bertanggung jawab, karena rasa tanggung jawab merupakan pangkal dari kejujuran. Dan kejujuran membimbing kepada kebenaran.
4. Mampu menjaga amanah, karena rumah tangga adalah amanah dari suami. Dirinya, harta dan anak-anaknya merupakan amanah dari suami yang harus dijaga. Ketika ia tidak mampu menjaga amanah, maka ia akan disia-siakan bahkan tidak akan dipedulikan. Akhirnya rumah tangga akan berobah menjadi neraka, kedamaian laksana fatamorgana yang tidak pernah ada realitanya.

Bagaimana mencarinya??
Kelihatannya sulit sekali, mencari yang seperti di atas. Karena sepertinya sangat abstrak dan bukan barang kongkrit.
Para ulama Hadist memiliki kiat sendiri untuk mengetahui seseorang bisa diambil hadisnya atau tidak. Bila mengikut cara mereka sebagai berikut:
1. Syuhroh ( penilaian publik)
Orang yang baik, bahkan sangat baik, biasanya sangat di kenal oleh publik. Bila publik sudah mengenalnya baik, ketika kita sebutkan nama itu, maka mereka akan langsung menilainya dengan kebaikan.
2. Kesaksian dari orang yang baik dan jujur.
Cara lain untuk mengetahui kebaikan seseorang adalah dengan menanyakannya kepada orang yang tahu perihal dirinya dan ia baik dan jujur. Karena ia akan memberikan informasi yang jujur dan bisa dipertanggung jawabkan. Silahkan bertanya kepada orang yang anda lihat tahu tentang seorang gadis dan ia baik dan jujur.
3. Dari pergaulan.
Bergaul artinya berinteraksi langsung bukan sekedar sahabat pena atau sejenisnya. Pergaulan akan memberikan kepada kita kondisi asli seseorang. Tidak mungkin kita akan bergaul dengan seseorang dalam waktu yang lama dalam kondisi kepura-puraan. Anda paling tahu terhadap orang yang bergaul dengan diri anda. Maka Rasulullah menganjurkan, bila anda ingin mengetahui komitmen agama seseorang supaya bertanya kepada orang yang bergaul dengannya.
4. Dengan case,
Pengalaman anda berinterksi juga merupakan sarana untuk mengetahui kepribadian seseorang.

Demikian sedikit kiat untuk mengenal calon anda. Moga bisa membantu.
Islamabad, 12 Juni 2007.

Read More...

Menakar Peran Publik Muslimah

Di era globalisasi ini। Terjadi dua fenomena yang bertentangan dalam melihat peran publik muslimah।

Di satu pihak gerakan feminisme menuntut adanya kebebasan wanita untuk menentukan nasibnya sendiri, dan ingin melepaskan diri dari masyarakat। Seolah-olah wanita tertindas dan harus menuntut kebebasan itu, bersaing dengan laki-laki, yang dikesankan sebagai pembuat belenggu bagi wanita. Sehingga masyarakat ini terbagi menjadi dua,yaitu:
- masyarakat laki-laki
- masyarakat perempuan.
Perempuan menuntut agar disamakan dengan laki-laki dalam segala segi .

Di sisi lain ada penyeru, yang menyerukan muslimah agar kembali ke dalam rumah dan tidak perlu ada peran publik yang diperankan, sehingga terkungkung di rumah dengan alasan berperan sebagai pendidik anak dan generasi, begitulah yang diajarkan oleh Islam dan di contohkan oleh Rasulullah saw., begitu kata mereka.

Telah hilang dari pikirannya peran yang dilakukan oleh umahatul mu’minin dalam mendampingi Rasulullah saw berperang, mengajar para muslimah, mendidik anak-anak muslimin.

Berapa banyak para shahabiat yang ikut ke medan jihad merawat prajurit-prajurit muslimin yang terluka, bahkan tidak sedikit yang ikut mengangkat senjata berjihad di jalan Allah, tersebutlah Ummu Haram bintu Milhan, Khoulah binti Al Azwar yang membantu pasukan Kholid in Walid dalam perang Qodisiyah melawan orang-orang Romawi......



Bagaimana sebenarnya peran publik muslimah??


Perlunya Definisi

Untuk melihat hal ini secara obyektif, tidak ekstrim maka perlu didefinisikan. Dari situ mudah kiranya untuk menakar peran publik muslimah. Dengan definisi tidak akan timbul perdebatan dan perbedaan dalam masalah hukumnya.
Apakah peran publik itu sangat ekstrim yang bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat islam, ataukah peran publik itu masih dalam kerangka syariat??
Apakah yang dimaksud dengan peran publik itu, dengan mengabaikan kewajiban dan tanggung jawab wanita yang lain ataukah peran publik itu masih dalam kerangka melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab wanita muslimah???
Apakah peran itu masih dalam kemampuan wanita muslimah itu sendiri ataukah sudah melampaui batas kemampuannya??
Apakah Peran publik itu sesuai dengan fitrah wanita muslimah ataukah sudah keluar dari fitrah??? Apakah peran itu sekedar tampil ataukah mesti berdasarkan kapabilitas???


Peran publik muslimah yang dibolehkan oleh Islam adalah peran publik yang masih dalam kordidor syariat Islam, menjaga moralitas dan menjauhi fitnah, dengan tetap menjaga keseimbangan tugas wanita tanpa mengorbankan tugas-tugas yang lain, masih dalam batas kemampuan muslimah, sesuai dengan fitrah wanita, dan tidak mendhalimi wanita itu sendiri.

Namun bila sudah keluar dari hal-hal di atas, maka jelas bukan peran yang dinginkan oleh Islam.



Menakar peran publik muslimah
Peran publik muslimah sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari konsep Islam. Salah satu dari karakteristik Islam adalah mencakup semua aspek kehidupan. Kehidupan individu, kehidupan rumah tangga dan kehidupan bermasyarakat. Selain itu juga adanya tanggung jawab individu muslim. Dari karakteristik dan tanggung jawab inilah memunculkan peran publik individu muslim dan muslimah.


Dilihat dari aspek yang dicakup oleh Islam sebagai konsep kehidupan; individu,sosial, keluarga, jasmani dan rohani, menuntut peran publik muslimah. Sebab peran publik adalah bagian daripada cakupan aspek sosial Islam.
Sedangkan dari segi tanggung jawab masing-masing individu muslim dan muslimah memiliki tanggung jawab yang sama; tanggung jawab itu antara lain:

1. Tanggung jawab kepada Allah;
yaitu masing-masing individu memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang mesti kita pertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Hal ini tidak boleh kita abaikan apalagi kita tinggalkan.
Hukumnya bermacam-macam ada yang wajib, haram, sunnah, mubah dan makruh. Setiap hukum harus dilaksanakan sesuai dengan porsinya. Tidak boleh ekstrim, harus sederhana.
Di sini wanita berperan sebagai seorang hamba dari Tuhannya dan ia harus mempertanggung-jawabkannya.

2. Tanggung jawab kepada individu,
Islam juga menuntut pribadi muslim baik laki-laki maupun perempuan agar bertanggung jawab kepada dirinya sendiri. Tidak diperbolehkan oleh Islam mengabaikan diri sendiri untuk orang lain. Tanggung jawab ini tidak bisa dipenuhi oleh orang lain. Hanya pribadi itu sendiri yang bisa memenuhi tanggung jawab individunya. Tanggung jawab ini akan ditanyakan kelak di akhirat. Dan tidak ada orang lain yang bisa mempertanggung jawabkannya. Di sini wanita berperan sebagai seorang individu manusia, yang mesti hidup dengan kapasitas kemanusiaannya.



3. Tanggung jawab kepada keluarga;
keluarga adalah bagian dari lembaga cakupan Islam. Islam tidak menganjurkan hidup membujang, bahkan melarangnya. Tanggung jawab untuk mewujudkan lembaga keluarga dan mempertahankan kelansungannya adalah tanggung jawab setiap individu muslim baik laki-laki maupun perempuan.
Tanggungjawab ini disesuaikan dengan peran masing-masing individu, sebagai suami,istri, anak dan lain sebagainya. Masing-masing ada porsinya dan harus dipertanggung jawabkan di akhirat. Bila ada kelalaian dalam tanggungjawab maupun kejanggalan dalam lembaga ini,maka akan menggoncangkan sendi-sendi Islam yang lain. Di sini wanita berperan sebagai seorang ibu, sebagai seorang istri dan sebagai seorang anak. Ketiga-tiga peran tersebut mesti di jalaninya dengan seimbang.


4. Tanggung jawab kepada profesi,
Islam menginginkan semua individunya produktif, dan tidak menginginkan menganggur. Kemandirian itu dicontohkan oleh para nabi dan Rasulullah Saw, sebagai Rasul yang menjadi pemimpin para Rasul tersebut.
Dalam Islam juga mengenal hukum fardhu kifayah yaitu bila sudah ada yang melaksanakan tanggung jawab tersebut, maka seluruh masyarakat Islam tidak berdosa. Namun sebaliknya, bila tidak ada satupun yang melaksanakan kewajiban tersebut,maka semua masyarakat muslim akan berdosa.
Profesi ibarat pembagian tugas dalam masyarakat. Semua keperluan yang diperlukan oleh masyarakat untuk mempetahankan kelangsungan hidup yang Islami harus di adakan dan ada yang mengambil alih profesi tersebut. Kemudian dilaksanakan dengan baik dan profesional.
Di sini wanita muslimah berperan sebagai seorang profesional yang produktif dan berpenghasilan. Terlebih-lebih bila ia sebagai tulang punggung keluarga dengan kondisi yang memaksakan dirinya untuk bekerja, seperti seorang wanita yang ditinggal suaminya, tidak ada saudara yang bertanggung jawab terhadap dirinya dan anak-anaknya, harus melangsungkan pendidikan anak-anaknya yang memerlukan biaya untuk mendidik dan membesarkannya.


5. Tanggung jawab kepada masyarakat,
Salah satu aspek kehidupan yang dicakup oleh Islam adalah kehidupan bermasyarakat. Islam tidak hanya mencukupkan dalam konsep individu dan keluarga, akan tetapi cakupannyajuga kehidupan sosial kemasyarakatan yang meliputi struktural kenegaraan. Karena mengatur negara adalah mengatur masyarakat, dan itu termasuk cakupan aspek kehidupan Islam. Konsep Amar ma’ruf nahi Mungkar atau yang biasanya disebut dengan hisbah, jelas sekali menjelaskan hal ini. Individu muslim dan muslimah bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup sehat, baik dan bersih moral dan materialnya masyarakat. Islam tidak mengabaikan kehidupan bermasyarakat dan hanya memperhatikan kehidupan individual seperti gaya hidup kapitalis. Begitu juga ia juga tidak memenggal hal-hak individu dan hanya memperhatikan hal-hal sosial masyarakat sebagaimana halnya konsep sosialis. Islam memperhatikan kedua-duanya dengan penuh keadilan dan keseimbangan.
Di sini wanita berperan sebagai anggota masyarakat yang tidak bisa dilepaskan dari masyarakatnya, dan mesti turut serta bertanggung jawab dengan kebaikan masyarakatnya.


6. Tanggung jawab kepada sejarah; Islam juga menuntut kepada individu muslim dan muslimah untuk memiliki tanggung jawab terhadap sejarah. Karena baik dan buruknya sejarah kemanusiaan ditentukan oleh sang pelaku sejarah tersebut.
Islam menuntut individunya untuk menjadi pelaku sejarah yang baik dan benar. Bukan sekedar menjadi orang yang bersejarah dan dikenang orang. Bukankah Rasulullah saw. menjelaskan kepada kita perihal tiga perkara yang tidak akan terputus bagi seorang muslim dan muslimah walau ia telah meninggal?? Yaitu amal jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang sholeh yang akan senantiasa mendoakan kedua orang atuanya.
Amal jariah yang baik adalah amal jariah yang berkesinambungan dan senantiasa mendatangkan pahala, walau sudah berganti generasi, berganti kurun dan berganti masa ribuan tahun.
Ilmu yang bermanfaat, yang baik, yang diinginkan oleh Islam adalah ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak, bermanfaat bagi kemanusiaan, yang bermanfaat dan berkesinambungan dari masa-ke masa. Jadi bukan hanya bermanfaat untuk sesaat atau hanya satu generasi saja.
Begitu juga anak yang sholeh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya. Anak sholeh yang baik adalah anak yang sholeh, yang melahirkan cucu-cucu yang sholeh, yang melahirkan cicit-cicit dan keturunan yang sholeh hingga hari kiamat. Bukan hanya anak yang sholeh yang berdo’a untuk kedua orang tuanya, namun ia melahirkan cucu yang tidak sholeh, bahkan cicit dan keturunan yang tidak menunjukkan sama sekali kesholehan. Tentu bukan yang demikian itu yang diinginkan oleh Islam.
Dari sini Islam menuntut individu muslim untuk bertanggung jawab terhadap sejarah,dan mengukir sejarah yang baik, untuk kebaikan keturunan, generasi mendatang dan kebaikan dirinya dikahirat kelak.
Di sini wanita berperan sebagai pelaku sejarah dan penentu dari sejaran, bahkan sebagai pembuat sejarah itu sendiri.

Demikianlah tanggung jawab yang mesti diemban oleh individu muslim dan muslimah. Dari sinilah kita melihat dan menakar peran publik muslimah.

Maksudnya, bahwasannya peran publik bukanlah peran tersendiri,akan tetapi sebuah peran yang berkaitan dengan peran-peran yang lain. Dan harus dijalankan secara seimbang.
Peran publik ini kalau bisa realisasikan formatnya antara lain:

1. Peran Sosial.

Seorang muslimah harus melaksanakan peran sosial ini, yaitu peran seorang muslimah ikut berpartisipasi membangun mental masyarakat. Terutama masyarakat perempuan itu sendiri. Apabila wanita muslimah tidak peduli dengan kondisi sosial masyarakat dan acuh tak acuh terhadap kondisi itu, maka ia tidak melaksanakan tanggung jawab yang diberikan oleh Islam kepadanya. Apatah lagi, bila muslimah tersebut memiliki kapabilitas yang cukup, sarana dan prasarana yang mendukung dan memadai. Seperti membantu anggota masyarakat yang memerlukan bantuan, baik bantuan moral, material, maupun tenaga.

2. Peran Politik.

Seorang wanita muslimah juga memiliki tanggung jawab politik di masyarakat. Sebab politik adalah seni mengatur masyarakat, dan wanita adalah bagian terpenting yang tidak terpisahkan dari masyarakat, maka ia juga memiliki peran politis tersebut. Berbagai kebijakan sosial di masyarakat bila wanita muslimah tidak terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut,maka akan sangat merugikan masyarakat itu sendiri. Di era demokrasi seperti sekarang ini, jumlah wanita jelas lebih banyak dibandingkan dengan jumlah lelaki. Kelompok Islam Phobia mengerahkan wanita-wanitanya untuk ikut mendukung perjuangan politis mereka dengan berbagai macam cara, hal itu tidak bisa diimbangi kecuali dengan melibatkan muslimah dalam peran politis. Terutama untuk menjawab hal-hal kesalah pahaman terhadap Islam yang selalu digembar-gemborkan oleh kelompok Islam phobia dengan dalih membela wanita dsb.
Pembelaan itu akan lebih kuat bila yang melakukan adalah wanita muslimah.

3. Peran Pendidikan masyarakat.

Dalam mendidik masyarakat, tidak cukup hanya dengan melibatkan laki-laki saja, akan tetapi dituntut peran muslimah untuk melaksanakan pendidikan masyarakat, entah itu berupa pengajian, taman kanak-kanak dan lain sebagainya. Apalagi bila peran tersebut bila berhubungan dengan kaum wanita itu sendiri.


4. Peran profesi

Hendaknya wanita juga memiliki peran profesi yang dijalankan di masyarakat, apalagi bila profesi tersebut berhubungan dengan kebutuhan dan keperluan wanita.
Sungguh sebuah kesalahan masyarakat muslim bila memprofesikan laki-laki dalam profesi yang seharusnya wanita yang layak melaksanakannya, dan kesalahan wanita bila tidak mengambil peran tersebut.



Beberapa hal yang mesti diperhatikan
Dalam melaksanakan peran publik wanita muslimah, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh wanita muslimah dan masyarakat muslim, antara lain:

1. Dalam melaksanakan peran publik tidak terjadi pelanggaran syariat Islam, seperti tabarruj, ikhtilath yang diharamkan, kholwat, menimbulkan fitnah.
Sebab tidak ada fitnah bagi laki-laki lebih besar daripada wanita, dan tidak ada fitnah besar bagi wanita lebih besar daripada laki-laki.

2. Tetap menjaga keseimbangan dalam menjalankan tugas-tugas wanita; sebab wanita bukan hanya memiliki satu kewajiban; kewajiban sebagai seorang hamba Allah, sebagai, dirinya sendiri, sebagai ibu, sebagai istri, sebagai anak, sebagai anggota masyarakat dan lain sebagainya.

3. Memperhatikan prioritas bagi wanita muslimah tersebut. Sebab skala prioritas antara satu muslimah dengan muslimah yang lain tidaklah sama; hal itu disesuaikan dengan usia, kondisi, kapabilitas dan lain sebagainya.

4. Peran publik yang dijalani hendaknya masih dalam kemampuan wanita muslimah untuk menjalaninya, bukan justru mendhaliminya. Kemampuan wanita muslimah yang satu dengan yang lain berbeda.

5. Wanita muslimah yang mengambil salah satu peran publik tersebut memang memiliki kapabilitas untuk itu. Bukan sekedar tampil.

6. Peran tersebut dijalankan dengan dukungan fasilitas yang memadai, baik itu hard facility (fasilitas fisik) maupun soft facility ( fasilitas lunak). Sehingga peran yang dilakukan tersebut mendatangkan manfaat bagi wanita itu maupun bermanfaat bagi masyarakat.

7. Peran publik wanita muslimah tidaklah sama kadarnya, hal itu disesuaikan dengan kondisi masing-masing wanita muslimah; kapabilitas, kemampuan fisik, fasilitas, prioritas dan lain sebagainya. Sehingga tidak bisa diharuskan dalam satu format dan disamaratakan antara yang satu dan yang lain.


Demikianlah peran publik muslimah dan takarannya, semoga kita bisa melaksanakannya dengan seimbang .
Wallahu a’lam bishowab.

Islamabad, 23/1/2004

Oleh: Masturi Istamar Suhadi Usman

Tulisan ini diterbitkan oleh Dinamika majalah Forum Ukhuwah Mahasiswa Indonesia, Islamabad, Pakistan.

Read More...

Sunday, July 8, 2007

Lembutlah dengan Istri

Sudah merupakan keharusan bagi seorang suami untuk bersikap lembut kepada istrinya. Banyak hal yang mesti dimaklumi tentang istri, karena dia adalah perempuan. Mau diapakan lagi,dia memang permpuan. Maka bersikap baikdanlembut terhdap istri termasuk hal yang diwasiatkan oleh Rasulullah pada Haji Wada’. Padahal pada khutbah itulah Rasulullah menyampaikan pesan-pesan yang berisi sendi-sendi utama Islam. Berarti bersikap lembut terhadap istri merupakan hal yang besar. Dan bisa jadi banyak orang yang tidak menyadari hal ini sehihngga Rasulullah memberikan wasiat beliau. Bahkan di saat-saat akhir beliau menjelang meninggal dan beliau terbaring, belaiu memesankan umatnya untuk tetap menjaga sholat, dan berbuat baik kepada Istri. Maha Suci Allah, ternyata bersikap lembut kepada istri memang hal yang sangat berat.
Agama kita sangat mengerti tentang sikap wanita, tidak semuanya bisa konsisten dan mensyukuri kelembutan suaminya. Dalam Alquran Surat Attaghobun ayat 14 menjelaskan, bahwa diantara para istri dan anak-anak orang-orang yang beriman ada yang menjadi musuh mereka. Dan dalam ayat itu juga selain menjelaskan tentang kondisi itu, juga menyuruh para suami untuk berhati-hati.....


Sebab turunnya ayat itu, Imam Thobary dalam tafsirnya menjelaskan, ada orang-orang yang masuk Islam dari kabilah-kabilah di luar Madinah hendak pergi ke Madinah menjumpai Rasulullah dan mempelajari agama barunya. Para anak dan istri mereka serentak protes dan menghalangi mereka. Namun mereka tetap berangkat dan tidak bisa dihalangi. Sesampainya di Madinah, mereka mendapatkan diri mereka terlambat untuk mempelajari agama mereka dibandingkan orang-orang yang tidak dihalangi oleh anak-anak dan para istri mereka. Menyadari kondisi itu, maka mereka marah dan bertekad ingin memberikan hukuman sepulang mereka. Namun kasih sayang syariat Allah turun untuk para istri yang menjadi penghalang para suami mereka. Maka mereka dihimbau seandainya mereka mau mengampuni keslahan itu, maka Allah Maha Pengampun.
Syariat sangat paham betul dengan sifat-sifat perempuan, sebab Pencipta perempuan Sang Pembuat Syariat, yaitu Allah Swt.
Rasulullah juga menjelaskan tentang sifat wanita yang suka bengkok, dan seperti bengkoknya tulang rusuk. Barangsiapa yang ingin meluruskan tulang rusuk,berarti telah mematahkannya, namun bila mampu menyelami dan memahmi tulang rusuk itu, maka ia akan bisa menikmatinya. Maha Suci Allah, sebuah perenungan yang sangat dalam. Memang segala sesuatu bila diterima dan disikapi dengan kondisi sebenarnya, sungguh akan menjadi sebuah keindahan dan kenikmatan tersendiri.
Suatu saat Abu Darda sahabat Rasulullah saw berkata kepada istrinya,” Saat engkau melihat aku sedang marah, maka rayula aku. Dan tatkala aku menyaksikanmu sedang marah, hendaknya engkau bisa ku rayu. Kalau tidak demikian, maka kita tidak akan pernah bertemu.”
Syuaib bin Harb, saat meminang seorang gadis ia berkata,” Tabiat saya jelek.” Gadis itu berkata,” Orang yang menerima pinanganmu pasti tabiatnya lebih jelek lagi.” Maka Syuaib berkata,” Kamu memang cocok untuk menjadi istriku.” Sebuah sikap yang jujur dan apa adanya, bukan berbasa-basi untuk menutupi diri atau berpura-pura untuk memperindah rupa. Mereka berbicara apa adanya, tentang kekurangan masing-masing.
Perempuan memang begitu, maka kita harus memaklumi bila ada yang mengatakan,” Ladies First.” Para suami hendaknya harus bisa menjadikan istrinya seorang perempuan dengan segala keperempuanannya. Tugas anda para suami, hanya bagaimana mengatur agar mereka menjadi pribadinya, pribadi perempuan. Bila anda bisa demikian, maka anda akan bisa menikmati ciptaan Allah tersebut. Bila tidak, stress dan sakit hati kan menyertai anda tiap hari. Bahkan bisa jadi lebih dari itu, Layaknya minum antibiotic, setiap delapan jam sekali. Silahkan buktikan.

Read More...

Hak Anak: Nama Yang Baik

Termasuk hak anak kepada ayahnya, sang ayah berkewajiban memberikan nama yang baik.
Saya tidak sepakat dengan orang yang mengatakan, apa arti sebuah nama. Nama sungguh sangat berarti sekali. Realita di masyarakat menunjukkan, betapa orang kecewa dengan nama yang diberikan oleh orang tuanya dan menggantinya dengan nama yang lain. Apapun alasan penggantiannya, ketika seseorang menggantinya dengan nama lain, menunjukkan ia tidak confident dengan nama tersebut. Orang yang puas dengan nama yang diberikan oleh orang tuanya tidak akan menunjukkan protesnya dengan menggantinya dengan nama lain.
Ada beberapa hal yang bisa dijadikan pertimbangan untuk memberikan nama, antara lain:...


1. Untuk mempermudah agar sang anak menentukan kepribadian, ketika ia memiliki nama seperti seorang tokoh tertentu, pribadi tokoh itu akan menjadi paling tidak suri tauladan baginya. Dengan demikian nama itu akan sangat membantu membentuk kepribadiannya. Oleh karena itu bila anda memilih nama tokoh, jangan mengambil nama tokoh yang memiliki kepribadian negative. Di sini bisa diambil nama-nama para nabi, para sahabat, para ulama, tokoh-tokoh, orang-orang sholeh, orang-orang yang punya jasa baik di masyarakat dan lain sebagainya.
2. Memberikan nama yang memilki arti yang baik. Karena arti yang baik akan menjadikan anak lebih percaya diri dengan nama itu. Sebaliknya nama yang memilki nama yang jelek akan menjadikan pemilik nama akan minder dengan nama itu. Sebagai contoh, bila seorang anak diberi nama " Busuk" oleh orang tuanya, anda bisa bayangkan penderitaan batin pemilik nama itu.
3. Nama yang mengandung doa dari orang tuanya. Karena hakekatnya kedua orang tua menginginkan anaknya menjadi orang-orang yang baik, bermanfaat bagi masyarakat. Bukan menjadi orang yang membebani masyarakat.
4. Jangan sampai nama mudah diplesetkan kea rah yang negative oleh orang lain. Karena plesetan itu akan membebani batinnya. Sebagai contoh; seseorang memberikan nama anaknya dengan nama: Ibnu Qudamah, mengambil nama seorang ulama. Namun nama ini mudah diplesetkan dengan "kuda". Untuk menghindari hal ini bisa dengan memberinya nama panggilan.
5. Ketika anak anda sudah mulai bisa diajak bicara dan memahami pembicaraan, beritahukan kepadanya tentang masksud kandungan nama itu dan tujuan anda memberinya nama tersebut. Sehingga ia mengerti.

Oleh karena itu tidak heran kalau Rasulullah saw bersabda:
" إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ
Sesunguhnya nama kalian yang paling di sukai oleh Allah swt adalah Abdullah dan Abdurrahman. ( H.R. Muslim dari Ibnu Umar)
Imam Nawawi menjelaskan," Dalam hadis ini menjelaskan anjuran untuk memakai kedua nama tersebut, dan keutamaan kedua nama itu dibandingakan nama-nama yang lain."

" تَسَمَّوْا بِأَسْمَاءِ الْأَنْبِيَاءِ وَأَحَبُّ الْأَسْمَاءِ إِلَى اللَّهِ عَبْدُ اللَّهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ وَأَصْدَقُهَا حَارِثٌ وَهَمَّامٌ وَأَقْبَحُهَا حَرْبٌ وَمُرَّةُ. "
" Berilah nama-nama ( anakmu) dengan nama para nabi, nama yang palng disukai oleh Allah swt adalah Abdullah dan Abdurrahman, yang paling jujur adalah Harist (penjaga), dan Hammam (yang berkemauan keras), sedang sejelek-jelek nama adalah Harb (perang) dan Murroh (pahit)."
(H.R. Abu Daud, Nasai, Ahmad dari Wahab Al Jusyamiy)

Rasulullah saw, berharap kebaikan dari nama-nama tersebut. ( Aunul Ma'bud)
Demikianlah tentang nama, ia adalah hak dari anak anda. Berilah anak-anak anda dengan nama yang baik, untuk membantunya membentuk kepribadiannya di masa mendatang. Agar kelak ketika ia sudah dewasa tidak mengganti namanya dengan nama lain, karena anda dianggap tidak bisa memberikan nama baik, atau namanya jelek. Wallahu a'lam.
Oleh: Masturi Istamar Suhadi Usman
http://damaimu.blogspot.com
http://beyasiswa.blogspot.com
http://seruankita.blogspot.com
http://masturi.blogspot.com
Islamabad, 29 Mei 2007

Read More...

Bukan Begini Mendidik Anak

Wah anak saya sudah saya usahakan makanan yang enak, danmemkai pakaian yang bagus. Jawaban yang sering dilontarkan oleh para orangtua ketika ditanya,” Sduahkah anda mendidik anak anda???”
Makan enak, baju bagus, tempat tinggal nyaman, mainan yang mahal saat ini identik dengan pendidikan anak. Padahal pendidikan anak adalah membentuk kepribadian, memperhatikan perkembangan segala gerak-gerik mereka dan mengajarkan berbagai hal yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan akhirat.
Tidak sedikit seorang ayah yang mengatakan,” Aku sudah kerja siang malam agar gizi makan anak saya terjamin dan pendidikan mereka terjaga.” Padahal mereka jarang sekali berjumpa dengan anak-anak kecuali anak-anak itu sudah tidur.
Bagaimana tidak??? Para ayah berangkat pagi-pagi sebelum anak bangun tidur, dan pulang dari kerja sementara anak sudah tertidur pulas. Sang ayah tidak pernah menanyakan kepada anaknya,:.....


Apakah sudah melaksanakan tugasnya sebagai seorang makhluq terhadap Penciptanya???
Apakah sudah melaksanakan tugasnya sebagai seorang anak terhadap orang tuanya???
Apakah mereka jujur ataukah suka berbohong???
Apa yang dibaca anaknya, apa yang dia dengar, dikonsumsi, apa yang dipelajari tidak pernah dipedulikan.
Dan berbagai pertanyaan lainnya yang berhubungan dengan arti pendidikan yang sebenarnya.
Begitu juga dengan sang ibu. Tidak sedikit dari para ibu yang mengatakan:
„ Hari ini aku sudah membelikan makanan enak untuk anakku.“
„ Masakan ku hari ini, makanan favorit kesukaan anakku lho.“
„ Minuman es buah ini sengaja kubuat untuk anakku, karena ia sangat menyukainya.“

Padahal seharian sang ibu sibuk di dapur dan tidak pernah menanyakan kepada anak-anak mereka sepulang dari sekolah, kampus, Club dan lain sebagainya.
Sementara, sang anak dibiarkan seharian duduk di depan TV, internet, atau video. Dia tidak pernah tahu apa yang disaksikan di TV, internet dan video. Hanya sekedar agar anak tidak mengganggunya beraktivitas di dapur dan membereskan rumah.
Padahal ia sudah membiarkan membiarkan anaknya menuju kehancuran.
Tidak sedikit seorang ibu yang ditanya oleh suaminya yang pulang kerja untuk mengetahui perkembangan anaknya. Sebab ibu lebih banyak di rumah bersama anak dibandingkan sang ayah. Karena ia tidak tahu sebenarnya tentang perkembangan anaknya, tidak jarang para ibu yang berbohong kepada suaminya.“ Ah, syukurlah, anak kita baik-baik saja.“ Padahal ia tidak tahu sama sekali tentang anaknya.
Bukan yang begini namanya pendidikan !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Islamabad, 22 April 2007

Read More...